/*__Style_copy_area__*/ .copybox { /* -- Style Box dalam --*/ padding:5px; border:1px solid #FFC71F; background:#FFFFCC; } .kopiaer { /* -- Style Box Luar --*/ background:red; padding:7px; } .cangkirkopi { /* -- Style Tombolnya --*/ background:#B88A00; border:1px solid #FFC71F; color:#FFD65C; padding:2px; font-weight:bold; }

Selasa, 01 Mei 2012

TOKOH JAKA SANGSANG DAN BEGEDE KUWUNG


Dalam legenda ini di gambarkan tokoh jaka SANGSANG Sebagai seorang pemuda tampan, berkulit kuning, gagah, perkasa,sakti,akan tetapi mempunyai temperamen yang tinggi yang banyak di waris oleh sebagian warga Randublatung pada masa-masa berikutnya. Tokoh ini merupakan generasi kemudian sesudah tokoh Anggososro konon berasal dari desa singget, kecamatan kradenan/menden. Seperti sudah kami singgung didepan bahwa wilayah Randublatung saat itu masih sedemikian luasnya, meliputi daerah terpencil dibagian timur,selatan dan barat,semuanya disebut Randublatung saja,kecuali daerah utara.Jaka Sangsang adalah tokoh yang brhasil memproklamasikan nama-nama desa dengan melalui peristiwa penting yang dianggap mempunyai makna sakral serta spetakuler.

Desa-desa dan dukuh yang di maksud antara lain : Watugong,Jenggol, Gembyungan, Wates, Jogo, Boto, Nggiring, Nguleng, Sambongwangan, Kutukan, dan Kalisemut.
Seperti halnya orang sakti pada waktu itu,terkadang berbuat hal-hal aneh yang tidak masuk di akal,dan mampu membuat  orang lain terpukau sertatrkaqgum-kagum.
Contohnya, pada saat pembuatan candi Borobudur jauh sekali dari letak bahan bakunya, berupa batu-batu besar dan berat, lalu balok-balok batu yang beratnya puluh ton tadi diangkut pakai apa?.
Sedangkan alat angkut sepreti kendaraan berat belum juga ada. Belum lagi cara mengusung batu-batu besar ke tempat yang tinggi yang juga belun ada alat derek/cren yang besar yang sanggup mengangkat sampai ke setupa. Luar biasa proyek raksasa ini di bangun, sehingga candi Borobudur menjadi salah satu keajaiban dunia bukan saja milik bangsa Indonesia,serta tanggung jawab bagi indonesia akan tetapi juga milik dan tanggung jawab dunia Internasional. Jika Sangsang yang menjadi figur sakti pun bermaksud menciptakan karya aneh, berupa pembuatan sebuah Gong (Canang) raksasa yang pelaksanaan pembuatanya di lakukan di tengah-tengah sebuah sungai. Kalau kita pikir secara rasional tentulah tidak masuk akal.
Mengapa tidak di lakukan di daratan yang luas dan rata sehingga lebih praktis dan cepat selesai.
Lalu bahan bakunya berupa perunggu di peroleh dari mana dan berapa puluh ton yang di butuhkan,serta apa tujuan pembuatan Gong tadi yang sebenarnya.
Apakah juga tidak terpikrkan seandainya musim penghujan datang,sungai tersebut akan di landai banjir besar yang tentunya akan mubadzir saja. Inilah salah satu ulah bebrapa orang sakti di masa yang silam. Lepas dari kesemuanya itu,mari kita lanjutkan kisah ini. Sewaktu Jaka Sangsang sedang tekun melakukan pembuatan Gong besar tadi yang konon di bantu oleh ratusan jin pengikutnya,tiba-tiba di kejutnya oleh datangnya suara gemuruh yang kemudian di susul dengan kemunculan/nongolnya/njunggul/njonggol (I) beratus-ratusa ekor kerbau di tepian sungai.
Kejadian tadi tentu saja dapat di pastikan sangat mengejutkan dan menyebabkan kemarahan Jaka Sangsang yang punya sifat temperamen. Pekerjaan sakralnya meraasa terganggu, bahkan seperti kemanungsan yang berakibat mengalami kegagalan total,gara-gara datangnya suatu gangguan yang tidak di perhitungkan sebelumnya. Luapan kemarahan Jaka Sangsang tidak di timpakan kepada sekelompok gerombolan kerbau,tetapi justru pada Gong besar yang belum selesai pengerjaannya. Gong yang sebenarnya akan menjadi kebanggaan,malahan disabda dan berubah menjadi batu/watu (2).gerombolan kerbau yang berjumlah ratusan dan datang secara bergelombang / byung-byungan  (3) juga terkejut akan suatu akan tiba di sungai setelah melihat ada orang membuat Gong Besar.
Panca indera ke enamnya juga mampu melihat ratusan bangsa jin yang wajahnya mengerikan sedang sibuk membantu pembuatan Gong bersama Jaka Sangsang. Dengan mata melotot dan dengusan yang keras, gerombolan kerbau tadi berbalik arah menuju ke utara, berlarian sehingga menimbulkan suara gemuruh dan debu gelap di sekitarnya. Agar tidak dapat terus menerus berlarian kian kemari serta merusak apa saja yang di terjang,maka oleh Jaka Sangsang dan jin pembvant8unya,dibuatkan semacam pagar/batas/wates, (4) ,dan juga di jaga (5) secara ketat.namun karena ngeri melihat para jin,kerbau-kerbau tadi berubah liar dan beringas,sulit di atur,selalu ingin berontak,sehingga pagar batas tadi tidak mampu lagi menopang beban/bobot (6) desakan tubuh sekian ratus kerbau. Kemudian diambil langkah yang dianggap akan menjadi lebih baik dan tertib dengan cara menggiring (7) yang di kehendaki kerbau itu sendiri.
Namun karana sudah terlanjur beringas kerbau-kerbau itu maunya selalu berputar-putar,membentuk lingkaran bergerak menyerupai pusaran air/mubeng/nguleng (8) karena kehausan. hal demikian juga mulai di sadari oleh Jaka Sangsang, yang segera vmemerinyahkan para jin untuk membendung/menyambong sungai/wangan (9) agar dapat tertampung air lebih banyak untuk mencukupi minum ratusan kerbau yang ke hausan juga
ke panasan. Pada waktu itu,orang yang mempunyai ternak kerbau,sapi ataupun kambing jarang sekali di jaga atau di gembala oleh pemiliknya. Setiap pagi hari ternak di lepaskan begitu saja dari kandang,di biarkan berkeliaran kesana kemari, dan pada saat senja hari akan kembali ke kandang masing-masing. Beberapa tempat melepaskan  ternak nya berkeliaran kemana-mana masih dapat sebelum tahun 1990-an,sehingga banyak merusak tanaman, serta menggangu lalu lintas,merusak tanaman hias diperumahan  serta perkantoran.apabila kita bertanya kepada salah seorang penduduk tentang siapa pemilik kambing-kambing tersebut,maka kita akan memperoleh jawaban :”Duka  lho pak pula mboten semerep seng gadah “(ntah lah pak,saya tidak tau pemiliknya). Sejalan dnegan kemajuan praktek curi-mencuri ternak,maka para  pemilik ternak mulai sadar bahwa dengan membiarkan terneknya berkeliaran begitu saja tanpa di tunggui,sama saja memberi kesempatan kepada para pencuri untuk menyikatnya. Lalu siapakah sebenarnya yang menjadi pemilik sekian ratus kerbau tersebut ?. sesudah di selidiki,ternyata kerbau-kerbau itu milik seorang kaya bernama  mBegedik Kuwung. Oeleh orang yang kaya ini,Jaka Sangsang di nilai telah berjasa menjaga keutuhan kerbaunya,dan tak pelak lagi Jaka Sangsang di ambli sebagai menantu. Alasan ke dua,mBegede Kuwung butuh tenaga lelaki untuk mengerjakan sawah ladangnya. Di luar perkirakan Jaka Sangsang,ternyata sang mertua yang kaya raya itu punya sifat kikir,njingkel dan pelit luar biasa. Sang istri pun kerjanya hanya bersolek diri,sebab merasa menjadi anak orang kaya,walau suaminya sudah ganteng,giat bekerja tetap saja di sepelekan,sebab pedoman sang istri ada uang abang di sayang,tak ada uang abang di tendang. Dasar genit dan nyenyeng. Pada suatu hari Jaka Sangsang memohon agar di ijinkan kembali ke desa nya,singget,dengan maksud mau hidup mandiri bersama istri. Permohonan itu pun di kabulkan dan oleh mertuanya dia di bekali sedikit harta berupa seekor anak kerbau (gedel
) yang kurus sekali dan seluruh tubuh nya di penuhi penyakit gudig(kudis). Walau di dalam hati Jaka Sangsang sangat mendokol,namun pemberian tersebut tetap di terima dengan senag hati. Pada suatu hari,di tepian sebuah sungai anak kerbau penyakitan tadi dibawa merumput,akan teta[pi tidak mau makan.penurut perasaan Jaka Sangsang keberadaan anak kerbau in I hanya merepotrkan saja,maka dengan sekali tempeleng mampuslah. Bangkai anak kerbau itu di biarkan tergeletak di tepi sungai sampai di kerubuti oleh ribuan semut(10) . ke adaan ekonomi rumah tangga yang serba kekurangan,menyebabkan sang istri slalu uring-uringan,bahkan terbawa oleh sifat genitnya,tega berbuwat selingkuh dengan pemuda lain anak orang kaya bernama Jaka mBoto. Sebagai seorangt suami yang normal,Jaka Sangsang merasa martabatnya telah di ijnak-injak. Denag kemarahan luar biasa,di tantang nya lelaki yang sudah berani mengganggu sang istri,secara jantan di lapangan terbuka.

Di sadari oleh Jaka mBoto,bahwa dia tak akan mampu melawan Jaka Sangsang yang sakti mandra guna,sehingga dia milih melarikian diri ke utara denag iringan sumpah serapat dan umpatan. Sampai di suatu tempat yang di perkirakan aman,Jaka mBoto berhenti akan tetapi suara umpatan dan kutukan(11) dari Jaka Sangsang selalu terngiang-ngiang di telinganya.terpaksa Jaka mBoto lari berpindah-pindah tempat persembunyian,sehingga sewaktu ketika dia sampai didaerah Nggumeng/Tanggel. Di tempat ini pula dia bertemu dengan seoprang gadis cantik yang sedang mencuci pakaian di sungai. Penyakit mata kranjangnya gambuh kembali,dan dengan rayuan gombalnya dia dekati gadis itu,dengan maksud mau kiranya di jadikan sebagai kekasih. Akan tetapi kali ini Jaka mBoto kena batunya,karena biarpun di pameri kekayaan berlimpah,namun gadis itu tidak bergemi sedikitpun untuk nmenanggapi ke inginan Jaka mBoto. Merasa niatnya tidak kesampaian,bahkan di caci maki habis-habisan Jaka mBoto pun murka karena di hina oleh gadis desa itu. Di sertai kemarahan luar bisa dia mengucapkan kata kutukan,sehingga  gadis itu berubah menjadi seekor ikan gabus(kutuk)penghuni kedung kali nggumeng. Konon sampai sekarang penduduk asli desa nggumeng tiodak mau mmenagkap apalagi memakan ikan kutuk dari kedung nggumeng. Keadaan rumah tangga Jaka Sangsang makin tudak dapat di perbaiki lagi, sedangkan Jaka Sangsang merasa trauma atas kelakuan  sang istri yang tingkah lakunya seperti kuda binal.
Walaupun bagaimanapun karena sang istri sudah tidak dipercaya oleh suaminya,dan kecil kemungkinan untuk berbuat selingkuh lagi,maka sang istri lebih memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya, dengan cara menceburkan diri di kedung maya, bengawan solo yang melintas di daerah menden.
Mengetahui jasat sang istri samar-samar tergeletak di dasar kedung Maya, timbullah rasa kasihan dan penyesalan.
Maka dengan tekad bulat,Jaka Sangsangpun ikut bunuh diri terjun ke kedung Maya menyusul istrinya.
Menurut kepercayaan penduduk setempat, terutama temanten baru tidak berani  main-main di sekitar kedung Maya.
Dengan demikian tamatlah riwayat Jaka Sangsang yang telah berjasa memproklamirkan nama-nama dukuh dan desa melalui peristiwa yang bermakna sakral sebagai berikut :
1.Dukuh Jonggol         :     Berasal dari kata Nongol,nJungul,Muncul ratusan ekor kerbau saat Jaka   Sangsang membuat sebuah Gong di tengah sungai.
2. Dukuh Watu Gong :     Berasal dari kata batu/watu hasil kutukan Joko Sangsang terhadap Gong yang belum selesai.
3. Desa Gembyungan  :     Berasal dari kata byung-byungan, bergelombang,secara serempak datangnya ratusan ekor kerbau.

4. Dukuh Wates          :     Berasal dari kata batas/pagar/wates untuk membatasi gerakan keberingasan kerbau tadi.
5. Dukuh Jogo             :     Berasal dari kata jaga,yakni penjagaan ratusan ekor kerbau disekitar pagar batas.
6. Dukuh mBoto         :     Berasal dari kata beban berat, bobot, abot,desakan dari ratusan kerbau yang tak  terbendung lagi, sehingga pagar batas menjadi bobol.
7. Dukuh Nggiring      :     Berasal dari kata giring/ menggirinng untuk mengatur kerbau tadi sesuai yang di kehendaki.
8. Dukuh Nguleng      :     Berasal dari kata berputar-putar  melingkar,mubeng,muleng seperti lingkaran air, dari tingkah kerbau yang beringas karena kehausan.
9. Desa Sambongwangan  : Berasal dari kata menyambong/membendung sungai/wangan  agar terpampang air dalam jumlah banyak untuk mencukupi minum kerbau.
10. Dukuh Kalisemut   : Berasal dari kata bangkai anak kerbau ditepi kali yang tergeletak di kerubuti semut.
11. Desa Kutukan         : Berasal dari kutukan/sumpah serapah Jaka Sangsang terhadap Jaka mBoto.

2 komentar:

  1. Wah Wijang dongengipun kanjeng,

    BalasHapus
  2. Saya kebetulan lahir di Kradenan Menden memang betul adanya Kedung Moyo pertemuan dengan sungapan Kali Semut dan Bengawan Solo, serta turun lagi 2 Km ada Gua Sentono konon konon Tembus dengan kota Tuban karena Sunan Bonang mengejar Bacak Ngilo... mohon pencerahan Romo

    BalasHapus

Kami harap Saran dan Pesan dari Anda

free counters